Pada umumnya orang mengenal Kerinci dengan puncak tertinggi pulau Sumatera yaitu gunung Kerinci (3805 m dpl), Daerah Kabupaten Kerinci merupakan wilayah Propinsi Jambi dengan ketinggian rata–rata 700 – 800 m dpl dan geografis kira – kira 1010 sampai 1020 lintang timur dari Greenwich dan 1030’ sampai 2030’ bujur selatan, terletak dipegunungan bukit barisan Sumatera bagian tengah.
Penduduk Kerinci asli menempati rumah panggung (laheik jajo), dibangun pada sebidang tanah empat persegi panjang yang dinamai parit basudut empat, tatanan kemasyarakatan diatur menurut sistem adat yang masih dominan sampai sekarang. Sebahagian besar penduduk Kerinci merupakan petani – petani yang menggantungkan sumber nafkahnya dari bercocok tanam dan berkebun dilereng–lereng gunung yang subur.
Daerah ini berkembang dengan signifikan di segala bidang, karena banyaknya putera–puteri kerinci yang belajar keluar daerah, Kerinci telah dapat mengejar ketinggalannya dari daerah lainnya di Indonesia, sekalipun penjajahan Belanda masuk ke Kerinci baru pada tahun 1903. hal ini mungkin dikarenakan suku Kerinci terkenal berani dan menganut falsafah alam yaitu alam terbentang dijadikan guru.
Karena cepatnya penduduk Kerinci mengikuti arus modernisasi, kita merasa kebingungan untuk menemukan identitas asli dari adat–istiadat Kerinci, sekarang ini sulit kita temukan rumah adat Kerinci yang berukiran khas dengan berbagai motifnya yang indah dan pantun muda-mudi serta tale lembah Kerinci yang dapat memperkaya khasanah seni-budaya.
Dapat difahami bahwa dasar pertimbangan dari satu generasi kegenerasi berikutnya biasanya mengalami perobahan, hal ini terutama disebabkan oleh nilai materi ilmiahnya, sebagai akibat dari penemuan fakta–fakta baru serta peningkatan pengertian dari penelitian yang mendalam dan lebih luas. Alam pikiran manusia yang terwujud dalam kebudayaan senantiasa bergerak dari zaman–ke zaman dalam mencari persuasi terhadap lingkungan di mana ia berada.
Sekalipun banyak penulis mengenai Kerinci yang telah berusaha untuk mencoba menyingkap tabir misteri yang terkandung didaerah sakti Alam Kerinci, masih saja terdapat benturan dengan kenyataan yang ada, kalaupun tidak ada dikatakan didaerah mungkin halnya sudah berobah pada kurun tertentu.
Maka beralasanlah Depati Ninik Mamak buat mencoba menulis materi–materi tradisional yang masih terdapat ditengah masyarakat dusun atau pedesaan yang diakumulasikan sekitar adat Kerinci dalam Lingkungan Mendapo. Dimana kemungkinan perbedaan pendapat tetap ada antara pandangan cendikiawan dengan pamangku adat, namun hal ini tidaklah menjadi rintangan buat kita mencari jalan kebersamaan untuk pengembangan adat–istiadat didaerah ini.
Adat Kerinci dalam lingkungan mendapo, yang dimaksud adalah bagian–bagian Kerinci yang berdasarkan mendapo asli, yaitu ninik moyang. Seperti Depati orang tujuh Sungai Penuh dan Depati duo ninik rawang mempunyai tanah mendapo. Disini kami memfokuskan kepada kedua mendapo tersebut. Namun buku ini tidak merupakan penjabaran secara luas, karena kedua mendapo tadi mempunyai hubungan kait–berkait rotan saga dengan struktur kedaulatan adat Kerinci seluruhnya. Perlu diingatkan bahwa pengertian Kerinci disini mempunyai makna yang luas, hal ini untuk membedakan dengan Kabupaten Kerinci..
No comments:
Post a Comment