Friday, December 6, 2013

Sekilas Pandang Pakaian Adat Melayu Jambi

Busana Tradisional Melayu Jambi

Suku Melayu Jambi adalah sebutan bagi orang-orang Melayu yang mendiami daerah sepanjang sungai Batang Hari, propinsi Jambi.Dalam berbusana kaum wanita sehari-hari pada awalnya hanya dikenal dengan kain dan baju tanpa lengan.

Sedangkan kaum prianya mengenakan celana setengah ruas yang melebar pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga lebih leluasa geraknya dalam melakukan kegiatan seharihari. Pakaian untuk pria ini dilengkapi dengan kopiah sebagai penutup kepala.


Pada perkembangan berikutnya dikenal adanya pakaian adat. Pakaian adat ini lebih mewah daripada pakaian sehari-hari yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan pemakaian perhiasan sebagai pelengkapnya.


a. Pakaian Adat Pria 

Laki-laki suku Melayu Jambi dalam berpakaian adat mengenakan lacak di kepalanya.Lacak ini terbuat dari: kain beludru warna merah yang diberi kertas tebal di dalammnya agar menjadikannya keras. Tutup kepala ini memiliki dua bagian yang menjulang tinggi, dengan julangan yang lebih tinggi pada bagian depannya.
Sebagai hiasan terdapat lukisan flora dari daun, tangkai clan bunga yang akan mekar. Bagian pinggir sebelah kanan diberi lukisan tali runci, yang diimbangi oleh penempatan bungo runci di sebelah kiri. Bungo runci ini berwarna putih dirangkai dengan benang, dapat berupa bunga asli atau tiruannya. Bajunya disebut baju kurung tanggung berlengan panjang. Disebut tanggung karena panjangnya hanya sedikit di bawah siku tidak sampai ke pergelangan tangan.


Hal ini mengandung makna seseorang harus tangkas clan cekatan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Bahannya terbuat dari beludru warna merah diberi sulaman benang emas. Bagian tengahnya terdapat motif kembang bertabur atau kembang tagapo dan kembang melati, sedang bagian pinggirnya bermotifkan kembang berangkai atau pucuk rebung. Penutup bagian bawah disebut cangge (celana).


Bahannya masih dari beludru yang dilengkapi dengan tali sebagai ikat pinggang. Sudah menjadi kebiasaan di daerah Jambi mengenakan kain sarung songket yang dililitkan di pinggul. Tutup dadanya disebut teratai dada, karena bentuknya seperti bunga teratai dipasang melingkar leher sehingga menyerupai kerah. Kedua tangan dihiasi gelang kilat bahu terbuat dari logam celupan berlukiskan naga kuning.


Lukisan naga ini mengandung makna bila seseorang telah diberi kekuasaan janganlah diganggu. Dikenakan pula selempang yang menyilang badan terbuat dari songket warna merah keungu-unguan sebagai pasangan kain sarung dengan motif bunga berangkai clan beranting. Bagian pinggangnya dihiasi dengan selendang tipis warna merah jambu yang pada ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning.


Untuk memperkuat bagian pinggang ini digunakan pending berupa rantai dengan sabuk sebagai kepala terbuat dari logam. Kelengkapan lainnya adalah keris clan selop. Biasanya diselipkan di perut menyerong ke kanan melambangkan kebesaran sekaligus untuk berjaga-jaga. Sedangkan selop atau alas kaki yang berbentuk setengah sepatu berfungsi untuk melindungi kaki saat berjaalan.


b. Pakaian Adat Wanita 

Busana untuk perempuan terdiri dari kain sarung songket 
dan selendang songket warna merah. Bajunya disebut baju kurung tanggung bersulam benang emas dengan motif hiasan bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung.
Tutup kepalanya disebut pesangkon yang terbuat dari kain beludru merah dengan bagian dalam diberi kertas karton agar keras.
Ada juga yang menyebut duri pandan karena pada bagian depan tutup kepala ini diberi hiasan dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan. Untuk lebih memperindah diberi sulaman emas dengan motif bunga melati pecah.
Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang dikenakan oleh pria. Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan dengan motif kupu-kupu atau gelang banjar. Kalungnya terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung tapak, kalung jayo atau kalung bertingkat dan kalung rantai sembilan. Pada jari-jarinya terpasang cincin pacat kenyang dan cincin kijang atau capung.
Jumlah gelang yang dipakai pun lebih banyak meliputi gelang kilat bahu masing-masing lengan dua buah. Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper dan gelang buku beban. Kesemuanya di pasang di lengan. Khusus untuk gelang buku beban bahannya berasal dari permata putih. Sementara untuk kaki dikenakan gelang nago betapo dan gelang ular melingkar. Disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai naga dalam dongeng sedang tidur clan ular yang melingkar membentuk bulatan.


Sedangkan unsur-unsur kelengkapan yang lain seperti teratai dada (tutup dada),pending dan sabuk (ikat pinggang), selendang, dan selop hampir sama dengan yang dikenakan pria. Bedanya bentuk motif yang lebih besar pada teratai dada dan pending.


c. Pakaian Baselang

Acara pada adat suku jambi dibedakan menjadi dua, kecil dan besar. Pembedaan ini mempengaruhi pada variasi pakaian yang dikenakan, khususnya yang dikenakan para gadis. Jika acaranya kecil maka pakaian yang dikenakanberfungsi ganda sebagai pakaian upacara maupun bekerja.
Kelengkapannya dengan sarung warna merah yang dipakai sedikit di bawah lutut (tanggung) dan baju kurung berlengan tanggung yang letaknya di luar kain, -selendang warna merah dililitkan di kepala serta membawa perlengkapan lain seperti ani-ani 
dan kiding (tempat padi).
Pada acara besar pakaian dibedakan untuk upacara dan bekerja. Dalam rangkaian upacara tersebut terdapat hiburan sehingga pakaian yang dikenakan pun lebih bagus.
Selendang songket yang dikenakan sebagai penutup kepala diberi sulaman benang emas dan umbai-umbai di ujungnya.

Syair Cinta dari Selubung Bukit Barisan

Puisi “Dusta” Mukhlis Muhdan Bintang
.
DUSTA

Kabut di atas kepala
Dzikir hati, pekat malam sang Maha
Kita sama saja
Hina
Usang hingga tak perduli
Buram tak mendo’a
Rajah kemenyan anyir di pusara baqa
Semua buram berbalut anyaman dusta

Kabut Malam, 15 Mei 2012

Hati Tanya

Tanya kau adalah Tanya
Tapak melekat pada tapak
Alunan simponi perajah merajah jiwa
Bertanyalah pada keabsahan tanya?
Tanya kau adalah Tapa

Pusara Sengeda, 01 Januari 2013
-
Satu

Gersang sekali jiwa
Sepi sekali semua
Jika satu adalah muara dari kebersamaan
Kenapa harus ada dua?

Pusara Bener Merie, 05 Me1


Mukhlis
Biodata:
Mukhlis Muhdan Bintang adalah Dosen Bahasa Inggris STAI GP dan Direktor Lembaga Pendidikan MMB Harvard Course. Sejak tahun 2010 dia sudah menulis puisi dan terinspirasi dari Gus Mus (penulis puisi sufi kondang nasional).


PUISI "CINTA" M. ALI SURAKHMAN


coretan..........

22 April 2009 pukul 23:42
Khadijah 1…., 

……langit biru memerah pudar jingga, tenggelam dalam gelap 
Siang dan malam tak terasa terus berganti, 
sunyi senyap…dalam oktah syair sang pengembara 
lelah dalam penantian yang tiada akhir, …… 
terpasung dalam lingkaran rantai perak, tembaga sang penempa… 
tersepuh lahar Merapi, dan asin garam gelombang samudra…. 

Tertunduk aku di tengah karang, lesu memandang dalam gelombang buih sang ombak 
Hempasan ombak, desiran angin, nyanyian camar, sirene mercusuar melengking 
Terbentuk dalam instrument opera, tiada berpenonton.. 
Hanya kursi kosong bersusun penuh debu, lapuk… penuh kecoa… 

Sang penyair tua kehilangan pena dan kertas, si pengembara kehilangan jejak 
Nakhoda tiada berkapal, penempa tiada berpalu… sang satria tiada berpedang… 
Teriakan di medan pertempuran tinggal legenda, cerita pengembaraan pupus ditelan waktu, api hati yang berkobar hampir padam, menjadi arang rapuh dan debu yang ditiup angin. 

………..suatu masa pengembara tua kembali mencari jejak, dalam bingung dan ragu. 
Letih dan dahaga tak kunjung sirna, diatas tunggul “Bulian” tua, rajawali memandang tajam sang pengembara, sampaikan pesan dalam gelombang… 
Bunga dua puncak gunung, telah muncul dalam dingin samudra….. 
Khadijah…., cahaya yang tiada padam, rindu pengembara akan senyummu.. 
Cuma cerita sang angin, dan melodi biola tua yang obati rindu…. 

Jambi 2009.. 

Naluriku,..selalu berkata "Kau Cintaku"

24 Mei 2010 pukul 21:15
Hampir separoh jalan setapak berbatu ini kita lalui.
Dalam luka, canda, gairah asmara, baraan api kehidupan
Sampai detak detik saat ini,..kau cintaku
Yang selalu menemaniku dalam sepi dan baraan api, 
serta rindu tak putus....

Dalam sekian ribu satu,..pristiwa perangku,..kau "Srikandi" yg berkuda itu.
Menemaniku dalam tiap tebasan-tebasan pristiwa detik sejarah kita
Kau popong aku saat, semangatku luruh.
Kau pacu kudamu, saat aku akan terbunuh
Dalam tangismu,..kau putihkan hatiku

Tiada kata-kata yg bisa terucap, yg hanya dapat kutelan sudah
Tiada goresan yg bisa kubuat, dalam tangan lemah renta ini
Cuma ada, "Sepenuh Naluri dan asa" Aku Cinta Kamu"
Dan itu yg bisa kupersembahkan buatmu di hari :miladmu"
"Hati, Jiwa, dan Ruhku berdoa ke Hadapan Rab, 
Semoga kau selalu menjadi Mujahidah dan Bidadariku di Rumah-Nya.

(Kupersembahkan buat Sang Srikandi)

Jambi, 2009



Monday, November 4, 2013

KILAS BALIK PAMONG BUDAYA 2012



Kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa yang dapat membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lainnya. Berdasarkan hasil survey bahasa daerah yang dilakukan Asosiasi Tradisi Lisan, 1999, bangsa Indonesia terdiri atas 550 suku bangsa dan 750 bahasa. Setiap suku bangsa memiliki identitas budaya yang berbeda dengan suku bangsa yang lain.

Peranan kebudayaan menjadi semakin penting dalam mewarnai kehidupan masyarakat, transformasi melalui usaha pembangunan ekonomi ternyata tidak selamanya memuaskan hati, karena pada kenyataannya masih menunjukkan kelemahan. Untuk itulah kebudayaan bangsa yang pada hakekatnya lahir dari nilai – nilai luhur masyarakat Indonesia kuno, diharapkan dapat menanggulangi beberapa kelemahan pembangunan ekonomi.  Untuk itu diperlukan menjalin silaturahmi, penguatan hubungan antar pengiat kebudayaan, dalam hal ini Pamong Budaya adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang melaksanakan pembinaan dan pengembangan kebudayaan yang berstatus PNS dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang. Sementara Pamong Budaya Non PNS adalah pegawai non PNS yang melaksanakan tugas sebagai motivator dan inspirator dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan di daerah masing-masing. 








BIOFUEL DARI KORAN BEKAS

SEJUMLAH ilmuwan di Tulane University New Orlean telah menyempurnakan turunan bakteri Clostiridium yang dinamai TU-103. Mikroba tersebut merupakan yang pertama kali dari jenisnya yang mampu melakukan sintesis butanol dari selulosa.
Mikroba TU-103 ini dapat memproses beragam jenis tanaman dan produk tanaman dan mengubahnya menjadi butanol. Dengan kata lain mikroba ini memiliki kemampuan yang salah satunya mampu mengubah setumpuk koran bekas menjadi bahan bakar.
TU-103 ditemukan oleh David Mullin, seorang profesor di departeman biologi sel dan molekular Universitas Tulane bersama postdoctoral Harshad Velankan serta mahasiswa Hailee Rask yang dikerjakan selama dua tahun lebih.

Tuesday, October 8, 2013

budaya

GAUNG RINDU DAN CINTA DARI MUARA SUNGAI BATANG HARI
(Tradisi Lisan Senandung Jolo)


Tari Sekapur Sirih Jambi, dilakukan saat penyambutan tamu
 
Masyarakat Jambi dikenal kental dengan balutan budaya melayunya. Tutur bahasanya yang sopan, santun, elok, tergambar dari berbagai budaya dan tradisi yang dimilikinya. Salah satunya adalah tradisi lisan. Beragam tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Jambi. Salah satunya adalah apa yang kita kenal dengan seloko adat Jambi. “Adat selingkung negeri, undang selingkung alam” yang bermakna bahwa dalam kehidupan masyarakat Jambi berada dalam kerangka atau koridor hukum adat (adat selingkung negeri) dan hukum positif (undang selingkung alam).

Di dalam kehidupan sosial masyarakat adat Jambi mengakui pula adanya tingkatan hukum yang lebih tinggi yang berlaku di samping keberlakuan hukum adat. Dari seloko tersebut tersirat, bahwa segala permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat terlebih dahulu diselesaikan secara adat. Ketika secara adat menemui jalan buntu maka baru mengacu kepada hukum yang lebih tinggi (undang selingkung alam).