Friday, November 11, 2011

EKSPLOITASI RAWA BENTO OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI, ANCAMAN SERIUS TERHADAP PERUBAHAN EKOSISTEM

Adanya rencana pencetakan sawah-sawah baru oleh Pemkab Kerinci di kawasan Rawa Bento, merupakan ide yang kebablasan, dengan alasan peningkatan kesejahteraan masyarakat, masyarakat yang mana ?, masyarakat disekitar kawasan ?, atau sekelompok masyarakat penguasa ?, ini yang perlu dipertanyakan, di sebuah media Murasman, Bupati Kerinci, mengatakan ”Masyarakat Saya Mau Makan Apa ?”, toh sebagai kepala daerah kalau memang punya tanggung jawab moral terhadap masyarakatnya, reailsasikan program-program peningkatan kesejahteraan, perbaiki fasilitas publik, untuk meningkatkan produksi pada, bukan berarti harus mencetak sawah-sawah baru, namun penerapan tekhnologi tepat guna, perbaikan irigasi dan pengairan, bisa jadi merupakan salah satu solusinya, Pemerintah daerah jangan hanya mampu mengharapkan dana APBN, untuk menciptakan proyek-proyek yang akhirnya tidak ada ujung pangkalnya, tapi mesti juga bisa mempertangung jawabkanya, (Bantuan Rp 35 M Batal, Bupati Kecewa, Jambi Express Kamis 27 oktober 2011).


Proyek pembukaan lahan gambut sejuta hektar di Muara Mentengai, Kapuas, di pulau Kalimatan, merupakan salah satu contoh, proyek gagal yang menghabiskan dana trilyunan rupiah, dan masayarakat disekitar tidak menikmatinya, dan tetap miskin, jangan jadikan masyarakat sebagai alasan untuk menciptakan pemborosan dana Negara, dan masyarakatpun harus kritis, jangan terus mau dibodoh-bodohi, alhasilnya, akibat itu semua atas pengrusakan alam, yang menangung juga masyarakat, banjir bandang, kekeringan, tanah longsor, semua ulah manusia.

Terobosan baru apa yang dibuat Murasman, sejak menjadi Bupati Kabupaten Kerinci ?, dan apa yang telah dilakukan untuk masyararakatnya ?, seharusnya sebagai putra daerah yang dipercayakan masyarakatnya menjadi pemimpin, punya tangung jawab moral, bukan hanya untuk daerah asalnya, tapi Kabupaten Kerinci secara keseluruhan,

Dilain pihak Rawa Bento yang diklaim sebagai wilayah konservasi oleh BTNKS, dan merupakan daerah tangkapan sumber daya air, dan BTNKS sebagai institusi yang menangani masalah ini, harus tegas, dimana batas-batas patok wilayahnya, sehingga tidak menimbulkan konflik di masyarakat, dan itu harus disosilisasikan, diawasi dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah sebagai pemegang otoritas, seharusnya para staff BTNKS, jangan jadi orang kantoran saja, tapi terjun lansung ke lapangan, masyarakat tidak akan pernah tahu wilayahnya masuk area konservasi atau tidak kalau, pengiat dan institusi yang bertangung jawab tidak pernah mensosialisasikannya, yang akhirnya menimbulkan diskomunikasi yang menjadi konflik, haruskah masyarakat dikambing hitamkan ?.
Gambaran Rawa Bento

Rawa Bento (± 1.375 m) merupakan rawa gambut berumput ilalang (Leersia hexandra). merupakan varietas padi liar yang mendominasi seluruh permukaan rawa, di dalam lembah tektonik sekunder ke sebelah selatan dari lembah Kerinci Bagian tengah rawa tergenang air Danau Bento dengan kedalaman 4 m. hampir 1000 hektar dari sebaran kecil rawa gambut berkayu, mencakup beberapa daerah rumput-rumputan rawa gambut yang lebih kecil dan beberapa danau kecil. Namun, perubahan menjadi sawah mengakibatkan hilangnya lebih dari setengah kawasan ini. Rawa Bento mewakili habitat yang luar biasa, berbeda dengan daerah rawa gambut lainnya yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Rawa Bento merupakan rawa yang mempunyai karakteristik tersendiri dengan tumbuhnya jenis rumput Lessia, dan dikawasan ini juga merupakan tempat habitat satwa dan tumbuhan yang dilindungi seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Gajah (Elephas maximus), Tapir (Tapirus indicus), kijang (Mantiacus muntjak) dan satwa lainnya, serta terdapat habitat bunga bangkai (Amorphophalus titanium) dan bunga raflesia (Raflesia haseltii hexandra dan Eugenia spinata. Penduduk yang bermukim disekitar rawa ini mengunakan sebagian dari rawa untuk menanam padi, cabai, wortel, kubis, jagung dan bawang, dipermukaan bukit diatas rawa ditanam kayu manis dan cengkeh, di sekitar daerah ini adalah salah satu area perkebunan teh terbesar di Indonesia, Kegiatan agriculture ini sudah berlansung sejak lama, dengan pengunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan telah merubah keadaan sebagian ecoystem rawa disekitar area pertanian masyarakat, banyak ekositem ikan dan species lain yang hilang, kondisi ini sama terjadi di danau Kerinci, ancaman serius ini, ditambah lagi dengan sering terjadinya perburuan liar terhadap binatang-binatang langka seperti harimau sumatra, tapir, gajah dan beruang, kegiatan lain yang mengancam biodiversity di daerah ini, adalah semakin banyaknya penangkapan terhadap burung-burung langka yang akan dijual keluar daerah Kerinci, maraknya kegiatan penangkapan jenis burung tertentu seperti “murai batu, kacer dan barau-barau” yang hidup di daerah rawa ini, karena harga burung ini sangat tinggi dan diperlombakan suaranya, kalau kondisi dibiarkan mungkin lima tahun kedepan kita hanya akan mendengar cerita dan hanya melihat di buku-buku tentang keindahan suara burung dan harimau di daerah ini.

ANCAMAN PERUBAHAN EKOSISTEM

Aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem di sekitar wilayah wetland antara lain : Illegal Logging ( Pembalakan hutan ) , Perubahan tata guna lahan, Pembuatan bangunan bangunan konservasi tanah dan air, Perladangan berpindah, pengembangan tanaman pertanian dan aktivitas lain yang bersifat merubah kondisi permukaan tanah biasanya dikonsentrasikan di daerah hulu dan tengah suatu DAS. Praktek – praktek pemanfaatan lahan seperti tersebut diatas dapat meningkatkan jumlah mineral – mineral dan komponen – komponen ( Organik dan non-organik ) lain yang terangkut masuk ke dalam sungai dan pada gilirannya ,dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap keseimbangan ion – ion yang ada dalam suatu DAS. Berikut ini adalah beberapa aktivitas atau kejadian yang umunya berlangsung di sekitar kawasan lahan basah serta kemungkinan dampak yang diakibatkannya terhadap kualitas air.

1. Illegal Logging

Ketika terjadinya penebangan kayu maka kondisi permukaan tanah dimana penebangan tersebut berlangsung akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut biasanya dalam bentuk terganggunya lapisan bagian atas ( top soil ) pohon – pohon yang ditebang . Pada tanah hutan, unsur – unsur hara serta komponen organik lainnya berada pada lapisan tanah tersebut. Pelindian unsur – unsur tersebut oleh meningkatnya air larian pada lokasi penebangan akan merubah konsentrasi unsur unsur kimia terlarut di dalam perairan yang akan mengalirkan tangkapan air di atas perairan tersebut. Oleh adanya penebangan hutan menyebabkan pohon – pohon tidak lagi ada di tempat atau berkurang jumlahnya sehingga jumlah unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh kumpulan vegetasi tersebut juga menjadi berkurang. Sisa unsur – unsur hara yang tidak dimanfaatkan lagi oleh vegetasi ini akan menambah jumlah konsentrasi larutan unsur – unsur hara yang masuk ke dalam perairan ketika aktivitas penebangan menyebabkan kenaikan air larian dan erosi permukaan di tempat tersebut. Demikina juga dengan bagian – bagian pohon yang tidak dapat diperdagangkan akan ditinggal dalam hutan sehingga menambah jumlah serasah yang pada gilirannya akan menjadi unsur hara di dalam tanah.

2. Perladangan

Dengan adanya perladangan ( Pembukaan tajuk vegetasi ) salah satunya menyebabkan perubahan iklim mikro dalam hal ini , meningkatkan suhu udara setempat oleh adanya pembukaan tajuk vegetasi. Sementara itu pada saat yang bersamaan menurunkan besarnya evapotranspirasi karena luas bidang penguapan ( Luas tajuk pohon ) menjadi berkurang oleh adanya penebangan pohon. Hal yang terakhir ini akan meningkatkan keadaan kelembaban tanah dan pada gilirannya merangsang aktivitas kehidupan mikroorganisme tanah dan dengan demikian lebih banyak lagi bahan – bahan organik yang aka teruraikan. Hasil dekomposisi bahan organik ini mempunyai peranan penting untuk terjadinya perubahan konsentrasi unsur – unsur kimia perairan apabila situasi memungkinkan ( Kenaikan air larian yang biasanya diikuti oleh meningkatnya erosi permukaan ).

Dengan adanya pembukaan tajuk vegetasi, aktivitas kehidupan mikro organisme menjadi bertambah besar. Hal ini meningkatkan respirasi mikroorganisme di dalam tanah dan dengan demikian akan memperbesar tekanan terhadap unsur – unsur karbon dioksida di dalam tanah serta mengakibatkan keluarnya kation dari sistemnya. Perladangan dalam kawasan hutan juga dapat mengakibatkan hilangnya unsur nitrogen dalam bentuk nitrat dari lokasi perladangan. Hal ini terjadi karena nitrat yang dihasilkan dari proses nitrifikasi ( proses oksidasi bahan organik ) tidak lagi bisa dimanfaatkan oleh vegetasi yang telah ditebang. Akibatnya unsur tersebut akan tetap tinggal di dalam sampai keadaan memungkinkan terjadinya transpor unsur tersebut ke perairan yang terdekat.

2. Perburuan liar

Menurut Hadi S. Alikodra ( 1979 : 62 ) mengemukakan bahwa :

” Di dalam suatu kondisi yang normal memang tidak akan terjadi OVER GRAZING, karena populasi margasatwa selalu seimbang dengan kondisi habitanya . Tetapi jika terjadi penurunan populasi predator sebagai pemangsa herbivora maka populasi herbivora akan meningkat hingga dapat melebihi daya dukung habitatnya”. Berdasarkan pendapat diatas maka pada hakikatnya suatu habitat dapat rusak oleh adanya suatu populasi yang berlebihan, sebagai contoh : Kawasan Lahan Basah di daerah ladeh panjang banyak terjadi perburuan Harimau Sumatera ( Phantera tigris ) , dimana harimau tersebut merupakan salah satu predator di kawasan ini, dengan berkurangnya jumlah predator harimau menyebabkan populasi babi (sebagai contoh) menjadi meningkat akibatnya terjadi ketidak seimbangan / ataupun sebaliknya adanya perburuan terhadap populasi rusa ( sebagai contoh ) oleh aktivitas pemburu akan mengancam keberadaan predator karena bagi kelompok satwa karnivora kehidupannya sangat bergantung pada populasi satwa yang dimangsa.Selain harima banyak satwa karnivora / predator terancam punah karena turunya satwa yang dimangsa.



Mengutip buku (‘Umru Ummatil Islam wa Qurbu Zhuhuri Al Mahdi oleh Amin Muhammad Jamaludin, terbitan Al Maktabah At Taufiqiyah Kairo, Mesir,) “Apabila suatu negeri, berlomba-lomba membangun Mesjid dan Menghiasinya, namun tidak berlomba-lomba mengisi mesjid itu, sehingga kosong, akan dicabut keberkahan dari negeri itu, dan diangkat pemimpin yang zalim di negeri itu”



No comments:

Post a Comment