Tuesday, May 19, 2009

MENGENAL OBJEK WISATA DANAU KERINCI


Daerah Kerinci merupakan wilayah kabupaten yang terjauh jaraknya dari ibu kota Propinsi Jambi, dengan luasnya 4.200 km² atau 7,8 % dari luas Propinsi Jambi. Letak Kabupaten Kerinci adalah ujung paling Barat dari Propinsi Jambi. Secara geografis wilayah ini terletak pada koordinat antara 1º41' LS sampai 2º56' LS, dan 101º08' BT sampai 101º50' BT. pada ketinggian antara 725 m dpl sampai dengan 1500 m dpl. Batas–batas wilayahnya sebagai berikut :

- Sebelah Utara dengan Kabupaten Solok Selatan;

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Bungo dan Kab. Merangin;

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Merangin;

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Pesisir Selatan dan Bengkulu Utara.

Umumnya keadaan topografi Kabupaten Kerinci terdiri dari lembah dataran tinggi dari mata rantai pegunungan Bukit Barisan Sumatera. Puncak – puncak tertinggi seperti Gunung Kerinci (3.805 m dpl), Gunung Tujuh (2.690 m dpl), Gunung Raya (2.543 m dpl), dan terdapat dua buah gunung yang masih aktif yaitu Gunung Kerinci dan Gunung Sumbing di selatan. Daerah Kerinci menurut bentang alamnya dapat dibagi atas tiga bahagian yaitu :

a. Tanah pegunungan bahagian Barat;

b. Tanah pegunungan bahagian Timur;

c. Lembah dataran tinggi yang berada di tengahnya.

Menurut pakar geologi lembah Kerinci (enklave) terbentuk karena adanya letupan gunung berapi dan penurunan Bukit Barisan. Air yang terdapat di gunung – gunung di sekitar lembah, mengisi lembah ini sehingga membentuk sebuah danau besar. Dengan adanya proses yang timbul dari gejala – gejala alam selama ribuan tahun, danau besar tadi mengecil menjadi Danau Kerinci sekarang dan airnya mengalir lewat sungai Batang Merangin. Daerah ini terkena alur patahan Sumatera, dapat saja secara periodik terjadi gempa tektonik sebagai akibat gerakan bagian–bagian dari lithosfera yang mendapat tekanan horizontal berlawanan arah.

Enklave lembah Kerinci membentang sepanjang + 45 km lebar + 5 km dengan perairan yang baik lagi subur, mengelilingi Danau Kerinci yang ketinggiannya 733 m dpl. Di daerah ini banyak terdapat danau yang spesifik, antara lain danau Rawa Bento sebuah hutan rawa air tawar, danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik tertinggi di Asia Tenggara (1.996 m dpl) dengan luas mencapai + 13.500 Ha dan lain – lainnya. Di Utara terdapat Gunung Kerinci (masih aktif) yang, merupakan gunung aktif tertinggi di Indonesia yang disebut ‘Atap Sumatera’, merupakan simbol daerah Kerinci.

Disamping itu terdapat pula beberapa buah danau yang menarik, antara lain yang terkenal ialah Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh, Danau Lingkat, dan danau-danau kecil lainnya. Sedangkan air terjun terdapat pada dua tempat, sebelah Selatan adalah Air Terjun Pancuran Gading di Pulau Tengah, dan Utara adalah Air Terjun Telun Berasap (perbatasan Kabupaten Solok Selatan). Juga ada hutan lindung yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat seluas 210.000 ha (51%) dari luas Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci adalah daerah yang berudara sejuk dan belum tercemar polusi industri, suhu berkisar antara 18° Celcius sampai 22,6° Celcius, dengan curah hujan rata-rata 2.500 mm/tahun. Penduduknya hidup dari sektor pertanian dan perkebunan yang jumlahnya sekitar 310.762 jiwa atau rata-rata kepadatan penduduk berkisar ± 74 jiwa per Km.

Danau Kerinci merupakan danau vulkanik (luas 4.200 hektar, keda!aman 110 meter), ketinggian 783 meter di atas permukaan laut. Danau tersebut berada di daerah paling Selatan dengan kelililing sepanjang 70 km. Secara administratif, kawasan danau termasuk dalam Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau. Usaha perikanan di Danau Kerinci menghasilkan sebanyak 780 ton ikan pertahun. Namun akhir-akhir ini terjadi penurunan hasil tangkapan ikan disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain faktor yang terlibat disebabkan oleh: a) Hilangnya tanaman Hydrilla di bawah permukaan air; b) Pengambilan ikan yang berlebihan, atau hilangnya tempat berkembang/bertelur; dan c) Pencemaran air di daerah hulunya. Hydrilla dan macrophyta lainnya yang hidup di bawah permukaan air menjadi jarang karena pencemaran pada bagian tepi danau yang dangkal. Juga berkurangnya penetrasi cahaya pada daerah yang paling dalam. Berkurangnya penetrasi cahaya mungkin disebabkan oleh menurunnya kualitas air, deposit lumpur dan eutrofikasi. Peristiwa eutrofikasi disebabkan oleh pupuk buatan, penggundulan hutan dan limbah penduduk, mungkin juga disebabkan oleh hama Enceng Gondok yang menutupi permukaan danau pada dua dekade yang lalu. Hilangnya jenis ikan langka Labeobarbus spp. (tambra dan juro) disebabkan oleh pengambilan ikan yang berlebihan, juga karena berkurangnya habitat lahan basah (karena rawa-rawa ini ditanami padi) dan adanya pendangkalan muara danau yang menghalangi pola migrasi bertelur secara alami.

Fungsi lain Danau Kerinci adalah tempat tampungan sumber daya air di Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi, mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menyuplai kebutuhan air didaerah sekitar Kerinci, baik untuk pertanian maupun kebutuhan air minum masyarakat, dan oleh pemerintah daerah Danau Kerinci dijadikan tujuan wisata utama untuk daerah Provinsi Jambi dan tempat berlansungnya Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) yang diadakan setiap tahunnya. Pelaksanaan FMPDK dimulai sejak tahun 1999 sampai sekarang tahun 2005 FMPDK VI, kegiatan ini sudah menjadi event nasional berdasarkan surat persetujuan Menteri Pariwisata dan Kesenian No. S-133/MNPK/2000 tentang Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci sebagai Calender of Event Wisata Nasional. Di Sanggaran Agung terdapat fasilitas Taman Wisata Danau Kerinci sebagai pusat event nasional Festival Masyakarat Peduli Danau Kerinci terletak di tengah lembah Alam Kerinci yang jarak 22 km dari ibukota Sungai Penuh. Dari sepanjang pantai danau dapat dilihat pemandangan indah ke tengah danau dimana perahu – perahu nelayan sedang menangkap ikan, untuk memenuhi kebutuhan ikan bagi masyarakat Kerinci. Penangkapan ikan dilakukan secara tradisional, diantaranya yang unik adalah penangkapan ikan dengan menyelam yang dilakukan pada malam hari tanpa menggunakan alat bantu pernafasan (tabung oksigen). Kawasan sekeliling danau menjadi tempat rekreasi air yang menarik, seperti memancing, berenang, tempat perkemahan, dan berbagai aktivitas lain seperti, menyantap makanan khas danau yang tersedia direstoran – restoran disekitarnya, juga merupakan tempat berkumpulnya burung belibis dan tempat minum berbagai jenis satwa. Dalam kesejarahan purbakala terkenal Situs Danau Kerinci peninggalan masyarakat danau dari tradisi ‘flakes culture’ yang berasal dari 3000 – 500 tahun SM, terdapat di Desa Muak, Pondok dan Koto Agung Jujun yang sering dikunjungi oleh turis peneliti dari Belanda, Inggeris, Jerman, Swiss, dan Amerika. Bulan September 2005 yang lalu di Taman Wisata Danau Kerinci, wanita Belanda Drs. Maartje Hilterman konsultan badan internasional NC-IUCN yang berpusat di Nederlands didampingi oleh ketua LSM Kebudayaan Kerinci M. Ali Surakhman, SE. Maartje mengatakan betapa indahnya Danau Kerinci dan mengharapkan masyarakat Kerinci menjadikan danau Kerinci sebagai tujuan wisata dunia untuk masa mendatang, ia berniat datang lagi ke Kerinci tahun depan bersama calon suaminya untuk berbulan madu.

Tidaklah lengkap jika kita belum mengenal legenda Danau Kerinci. Pada zaman dahulu Calupat dan Calungga dua bersaudara kembar yatim piatu yang tinggal di kaki gunung berapi (gunung Kerinci). Mereka memiliki pusaka Merah Delima dan Batu Putih peninggalan orang tuanya. Suatu hari Calungga pergi berburu seorang diri, dalam perjalanan ia menemukan sebutir telur raksasa. Telur itu kemudian dibawa pulang hendak diperlihatkan kepada Calupat adiknya. Tapi akhirnya Calungga memutuskan untuk memakan telur itu seorang diri, setelah menyantap telur raksasa, Calungga kehausan. Ternyata kehausan Calungga berbeda. Ia meminum air sungai sekitar gunung berapi yang menyebabkan sungai menjadi kering. Tubuh Calungga lama-kelamaan berubah, memanjang dan memiliki sisik-sisik emas sebesar nyiru. Calungga berubah menjadi seekor naga raksasa dengan batu mustika merah delima di kepalanya. Untuk menguji kesaktiannya, naga Calungga memohon kepada segala dewa di bumi sakti alam Kerinci agar dapat menggenangi lembah dengan air sehingga terbentuklah danau besar. Putaran tubuh naga tersebut membentuk sebuah danau, yang sekarang disebut Danau Bento di kaki Gunung Kerinci.

Calupat adik Calungga tak kuasa hidup seorang diri, ia minta naga Calungga mengantarkannya ke perkampungan penduduk di sebelah Timur matahari terbit agar ia dapat hidup berdampingan dengan penduduk. Maka ditiup oleh sang naga sebuah muara dengan angin sakti yang sekarang ini menjadi sebuah sungai yang dinamai Sungai Muara Angin (Sungai Batang Merangin). Kemudian air menyusut karena terbawa arus naga Calungga yang menghilir ke Timur, sehingga berobah menjadi sebuah lembah yang dinamai Renah Kerinci dan sebuah danau yaitu Danau Kerinci sekarang. Pada saat kedatangan mereka dihadapan penduduk sepanjang aliran sungai besar, Calupat duduk di atas kepala naga. Maka penduduk saat itu juga langsung menobatkan Calupat sebagai raja yang bergelar Sang Hyang Jaya Naga.



Penulis

Dpt. Alimin

Artikel ini diterbitkan untuk :

MAJALAH PURNA YUDHA

No comments:

Post a Comment