Di Indonesia jumlah kecelakaan di jalan raya masih sangat tinggi. Bertambahnya populasi kendaraan bermotor (mobil dan sepeda motor) berkorelasi positif terhadap angka kecelakaan di jalan.
Setiap hari kita menyaksikan secara langsung para pengendara melakukan berbagai pelanggaran seperti menerabas lampu lalu lintas (traffic light), melawan arus, naik dan parkir di atas trotoar. Bahkan, bukannya tidak mungkin kita menjadi pelakunya juga. Masih banyak para pengendara tidak memiliki empati dan cepat ‘naik darah’.
Ingat, menurut Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) kecelakaan lalu lintas dipengaruhi faktor manusia, kendaraan, jalan, dan cuaca. Dari keempat faktor tersebut, KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transportasi) pernah mengungkapkan bahwa faktor manusia menjadi penyumbang terbesar kecelakaan transportasi dengan angka 62%.
Dari data Polri, sepanjang 2009 terjadi hampir 63 ribu kasus kecelakaan yang mengakibatkan nyaris 19.979 orang meninggal. Angka kecelakaan tersebut trend-nya naik sejak 2007.
“Lalu lintas di Indonesia sama rimba raya. Hulu dari permasalahan kesemrawutan lalu lintas adalah pendidikan dan hilirnya di penegakan hukum,” kata M Joel Deksa Mastana, Direktur Safety Ride &
Drive Center. “ Semua orang dari semua lapisan umur harus tahu dan memahami aturan lalu lintas jika mereka berada di jalan.”
Selama ini menurutnya banyak orang salah. Misalkan saja mengenai kendaraan-kendaraan besar harus diberi prioritas daripada kendaraan-kendaraan kecil seperti sepeda motor. “Mereka memiliki tubuh besar dan wheelbase panjang sehingga untuk berputar balik (U-Turn) relatif lebih sulit dari kendaraan-kendaraan kecil seperti sepeda motor. Seharusnya para pengendara kendaraan kecil memberi prioritas kepada mereka. Tapi di sini justru terbalik.”
Pakar keselamatan ini pun menyentil, di mana banyak pengendara yang tidak memiliki empati dan saling menghormati. “Di jalan raya kita harus berbagi atau road sharing. Tidak boleh kita seenaknya sendiri menguasai jalan raya.”
“Setiap pengendara harus mengenal dan bisa mengoperasikan semua perlengkapan vital kendaraan, tahu menjalankan dan memberhentikan kendaraan dengan benar, memiliki manajemen berkendara yang baik, tahu dan bisa berkomunikasi dengan para pengendara lain, menggunakan safety gear,” imbuhnya. “Semua kaidah-kaidah tersebut wajib diaplikasi para pengendara. Kita harus banyak belajar.”
Dia melihat banyak pengendara yang tidak mengerti bahasa universal. Contohnya, lampu hazard dipakai konvoi atau ketika hujan padahal hanya untuk dalamm keadaan darurat dan mobil berhenti penuh. “Ini membuat pengendara lain bingung dan mata menjadi lelah melihat lampu berkedip-kedip terus.”
“Lalu lintas menjadi cermin budaya bangsa. Tingkat korupsi suatu bangsa bisa terlihat dari lalu lintas di jalan raya. Lihat saja banyak orang melanggar hak-hak pihak lain. Bukankah itu juga korupsi?”
Apakah Anda termasuk seorang koruptor? [dp/Ind]
Sumber : dapur pacu.com
No comments:
Post a Comment