Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) merupakan species yang sangat dilindungi, yang populasinya sangat terancam akan punah, dalam waktu dekat ini. tidak diketauhi berapa pasti jumlahnya yang tinggal sekarang, namun dari data terakhir, populasinya di habitat aslinya pulau Sumatra diperkirakan hanya tinggal 400 ekor yang tersebar di berbagai hutan dipulau Sumatera diantaranya, di cagar alam Kerumutan, Merbuk (Riau), Taman Nasional Bukit Leuser di Aceh, Kerinci Sebelat di Jambi, serta kawasan hutan Sei Kambas di Lampung. Maraknya perburuan liar yang melibatkan banyak oknum, dan pembukaan lahan baru untuk kawasan perkebunan
Dalam laporan bertajuk "No where to Hide: The Trade In Sumatran Tigers", Chris R. Shepherd dan Nolan Magnus menyampaikan analisis tentang penurunan populasi harimau sumatra di habitat aslinya. Hewan karnivora tersebut termasuk sangat dilindungi atau dalam status Critically Endangered dalam daftar International Union for Conservation of Nature and Natural Resources 2003 Red List of Threatened Animals.
Laporan itu juga memaparkan perburuan yang terus terjadi baik itu oleh pemburu profesional ataupun semi profesional sangat membahayakan populasi harimau. Mereka juga menganalisis bahwa hal itu diakibatkan karena maraknya perdagangan domestik yang memasarkan kulit dan bagian tubuh lainnya terutama cakar dan gigi yang digunakan untuk trofi, hiasan, atau sekadar cindera mata.
Dari hasil investigasi, Traffic menunjukkan dari 24 kota di Indonesia yang disurvei, 17 kota di antaranya dapat ditemukan produk yang memakai bagian tubuh harimau sumatra. Bahkan 20 persen dari dari 453 toko yang didatangi ditemukan menjual kulit gigi dan cakar harimau. Perdagangan gelap bagian-bagian tubuh harimau sumatra juga merambah ke Korea Selatan, Taiwan dan Jepang.
Menyempitnya habitat harimau sumatra juga ikut memperburuk nasib satwa ini. WWF bahkan menjelaskan jika peningkatan aktivitas penebangan hutan oleh perusahaan kayu dan kertas tidak segera ditangani. Diperkirakan akan melenyapkan hutan hujan tropis Sumatra pada 2005.
Jika tidak ada program terpadu untuk menyelamatkan harimau Sumatra ini, sudah dipastikan nasib harimau sumatra akan sama seperti harimau jawa dan harimau bali yang telah resmi dikatakan punah pada 1940 dan 1980.
Dalam laporan bertajuk "No where to Hide: The Trade In Sumatran Tigers", Chris R. Shepherd dan Nolan Magnus menyampaikan analisis tentang penurunan populasi harimau sumatra di habitat aslinya. Hewan karnivora tersebut termasuk sangat dilindungi atau dalam status Critically Endangered dalam daftar International Union for Conservation of Nature and Natural Resources 2003 Red List of Threatened Animals.
Laporan itu juga memaparkan perburuan yang terus terjadi baik itu oleh pemburu profesional ataupun semi profesional sangat membahayakan populasi harimau. Mereka juga menganalisis bahwa hal itu diakibatkan karena maraknya perdagangan domestik yang memasarkan kulit dan bagian tubuh lainnya terutama cakar dan gigi yang digunakan untuk trofi, hiasan, atau sekadar cindera mata.
Dari hasil investigasi, Traffic menunjukkan dari 24 kota di Indonesia yang disurvei, 17 kota di antaranya dapat ditemukan produk yang memakai bagian tubuh harimau sumatra. Bahkan 20 persen dari dari 453 toko yang didatangi ditemukan menjual kulit gigi dan cakar harimau. Perdagangan gelap bagian-bagian tubuh harimau sumatra juga merambah ke Korea Selatan, Taiwan dan Jepang.
Menyempitnya habitat harimau sumatra juga ikut memperburuk nasib satwa ini. WWF bahkan menjelaskan jika peningkatan aktivitas penebangan hutan oleh perusahaan kayu dan kertas tidak segera ditangani. Diperkirakan akan melenyapkan hutan hujan tropis Sumatra pada 2005.
Jika tidak ada program terpadu untuk menyelamatkan harimau Sumatra ini, sudah dipastikan nasib harimau sumatra akan sama seperti harimau jawa dan harimau bali yang telah resmi dikatakan punah pada 1940 dan 1980.
Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) is one of protection species that its population will be decrease in a short time. There is not an accurate data, how many are they right now, but the newest data explained there are 400 of them in original habitat in Sumatera that separated in various jungles in Sumatera. They are in Nature Conservation Kerumutan, Merbuk (Riau), and National Park Bukit Leuser in Aceh, National Park Kerinci Seblat in Jambi and at surrounding jungle in Sei Kambas in Lampung. Illegal hunting that involved a lot of person and opening new area for plantation causes this.
In reporting with title "Nowhere to Hide: The Trade in Sumatran Tigers", Chris R. Shepherd and Nolan Magnus show an analysis about the decreasing of Sumatera tiger population from their original habitat. The carnivores are much protected; they are in listing status Endangered International Union for Conservation of Nature and Natural Resources 2003 Red List of Threatened Animals.
Both professionals’ hunter and semiprofessionals hunter did that report also explained about continuously hunting. It will make dangerous on tiger population. They analyzed, it is caused by domestic trading that sold skin and part of tiger body especially toe and tooth. They used for trophy, painting, or just as souvenirs.
According to investigation there are 24 cities in Indonesia those were surveyed Traffic shown, 17 cities have been found some products made of body sumatera tiger. 20% of 453 shops sold skin, tooth and toe of tiger. Black market the part of the body Sumatera tiger also reached to South Korea and Japan.
The habitat of Sumatera tiger is narrow it will make them worst. WWF explained if illegal logging and Paper Company cannot be stopped, the tropical rain forest of Sumatera will be lost in 2005.
If there is no an integrated program for rescuing Sumatera tiger, so that Sumatera tiger will be destroyed such as Java tiger and Bali tiger had been announced officially destroyed in 1940 and 1980.
In reporting with title "Nowhere to Hide: The Trade in Sumatran Tigers", Chris R. Shepherd and Nolan Magnus show an analysis about the decreasing of Sumatera tiger population from their original habitat. The carnivores are much protected; they are in listing status Endangered International Union for Conservation of Nature and Natural Resources 2003 Red List of Threatened Animals.
Both professionals’ hunter and semiprofessionals hunter did that report also explained about continuously hunting. It will make dangerous on tiger population. They analyzed, it is caused by domestic trading that sold skin and part of tiger body especially toe and tooth. They used for trophy, painting, or just as souvenirs.
According to investigation there are 24 cities in Indonesia those were surveyed Traffic shown, 17 cities have been found some products made of body sumatera tiger. 20% of 453 shops sold skin, tooth and toe of tiger. Black market the part of the body Sumatera tiger also reached to South Korea and Japan.
The habitat of Sumatera tiger is narrow it will make them worst. WWF explained if illegal logging and Paper Company cannot be stopped, the tropical rain forest of Sumatera will be lost in 2005.
If there is no an integrated program for rescuing Sumatera tiger, so that Sumatera tiger will be destroyed such as Java tiger and Bali tiger had been announced officially destroyed in 1940 and 1980.